-
Gula membuat makanan dan minuman menjadi lebih enak sehingga jadi kesukaan banyak orang. Tapi gula memiliki potensi bahaya. Apakah gula benar-benar racun yang harus dijauhkan dari orang-orang yang rentan?
Seorang dokter dari Amerika yang bernama Robert Lustig telah menyerukan untuk membatasi konsumsi gula, seolah-olah gula seperti alkohol atau tembakau.
"Gula adalah racun yang berbahaya, dan beberapa strategi harus dipertimbangkan. Misalnya, dengan membatasi iklan makanan dengan tambahan gula. Selain itu, juga dapat dengan membiasakan anak sedini mungkin untuk membatasi asupan gula," kata Lustig seperti dilansir dari TheTelegraph, Rabu (28/2/2012).
Gula, seperti halnya tembakau dan alkohol cukup beracun dan mahal bagi semua orang. Terlalu banyak gula dapat menyebabkan gigi berlubang, jika tidak menyikat gigi setelah mengonsumsinya. Selain itu, terlalu banyak asupan gula juga dapat menyebabkan obesitas dan diabetes.
"Penyakit yang tidak menular seperti, diabetes, penyakit jantung, obesitas, kanker dan penyakit Alzheimer lebih memberikan ancaman yang lebih besar untuk seluruh dunia, dibandingkan dengan penyakit menular," kata Lustig.
Epidemi obesitas dapat berkembang menjadi banyak penyakit kronis yang tidak menular. Satu fakta menarik adalah bahwa, dari tahun ke tahun terjadi peningkatan besar dalam konsumsi gula yang tidak terlihat.
Produsen membuat makanan dan minuman yang banyak mengandung gula adalah karena permintaan dari konsumen. Karena banyak orang yang lebih memilih makanan manis. Selama 30 tahun terakhir, terdapat hubungan antara peningkatan asupan gula dengan ledakan dalam obesitas, diabetes dan masalah metabolik lainnya.
Salah satu hal paling penting adalah mengenai kekhawatiran ketika mengonsumsi fruktosa. Karena dapat menyebabkan resistensi leptin. Leptin adalah hormon yang diproduksi untuk memberitahu tubuh ketika telah kenyang.
"Ketika makan terlalu banyak fruktosa, leptin kadang-kadang menjadi tidak aktif, sehingga tubuh tidak akan tahu kapan telah kenyang. Sehingga fruktosa dapat menyebabkan seseorang menjadi ingin makan lebih banyak dan lebih banyak lagi. Bahkan setelahnya, seseorang akan dapat mengembangkan resistensi insulin," kata Lustig.
Gula dan segala makanan yang mengandung gula terdapat dimana-mana. Maka hanya kesadaran untuk menjaga kesehatan yang dapat membatasi asupan gula...
Gula membuat makanan dan minuman menjadi lebih enak sehingga jadi kesukaan banyak orang. Tapi gula memiliki potensi bahaya. Apakah gula benar-benar racun yang harus dijauhkan dari orang-orang yang rentan?
Seorang dokter dari Amerika yang bernama Robert Lustig telah menyerukan untuk membatasi konsumsi gula, seolah-olah gula seperti alkohol atau tembakau.
"Gula adalah racun yang berbahaya, dan beberapa strategi harus dipertimbangkan. Misalnya, dengan membatasi iklan makanan dengan tambahan gula. Selain itu, juga dapat dengan membiasakan anak sedini mungkin untuk membatasi asupan gula," kata Lustig seperti dilansir dari TheTelegraph, Rabu (28/2/2012).
Gula, seperti halnya tembakau dan alkohol cukup beracun dan mahal bagi semua orang. Terlalu banyak gula dapat menyebabkan gigi berlubang, jika tidak menyikat gigi setelah mengonsumsinya. Selain itu, terlalu banyak asupan gula juga dapat menyebabkan obesitas dan diabetes.
"Penyakit yang tidak menular seperti, diabetes, penyakit jantung, obesitas, kanker dan penyakit Alzheimer lebih memberikan ancaman yang lebih besar untuk seluruh dunia, dibandingkan dengan penyakit menular," kata Lustig.
Epidemi obesitas dapat berkembang menjadi banyak penyakit kronis yang tidak menular. Satu fakta menarik adalah bahwa, dari tahun ke tahun terjadi peningkatan besar dalam konsumsi gula yang tidak terlihat.
Produsen membuat makanan dan minuman yang banyak mengandung gula adalah karena permintaan dari konsumen. Karena banyak orang yang lebih memilih makanan manis. Selama 30 tahun terakhir, terdapat hubungan antara peningkatan asupan gula dengan ledakan dalam obesitas, diabetes dan masalah metabolik lainnya.
Salah satu hal paling penting adalah mengenai kekhawatiran ketika mengonsumsi fruktosa. Karena dapat menyebabkan resistensi leptin. Leptin adalah hormon yang diproduksi untuk memberitahu tubuh ketika telah kenyang.
"Ketika makan terlalu banyak fruktosa, leptin kadang-kadang menjadi tidak aktif, sehingga tubuh tidak akan tahu kapan telah kenyang. Sehingga fruktosa dapat menyebabkan seseorang menjadi ingin makan lebih banyak dan lebih banyak lagi. Bahkan setelahnya, seseorang akan dapat mengembangkan resistensi insulin," kata Lustig.
Gula dan segala makanan yang mengandung gula terdapat dimana-mana. Maka hanya kesadaran untuk menjaga kesehatan yang dapat membatasi asupan gula...