Puluhan siswa X (1) di SMK Negeri 2 (SMK Warak) Salatiga, Kamis (9/8) pagi mendadak kesurupan.
Peristiwa ini sempat membuat guru dan karyawan panik. Terlebih kesurupan yang dialami para siswa ini bergantian, bahkan ada yang mengamuk dengan menjungkirbalikkan meja dan kursi kelas. Hingga siang, beberapa siswa masih tak sadarkan diri.
Keterangan yang dihimpun di lokasi kejadian, kesurupan massal tersebut dimulai sekitar pukul 08.00, di saat jam pelajaran, beberapa siswa kelas X yang menghuni Gedung Biru (istilah di SMKN 2 untuk menyebut ruang belajar kelas X) tiba - tiba berteriak - teriak histeris. Tak ayal, teman - teman mereka panik. Bahkan kesurupan ini merembet ke kelas X lainnya yang berjumlah enam kelas. "Yang kesurupan kelas X yang terdiri dari enam kelas yang menempati gedung biru. Mereka kesurupannya silih berganti," ujar salah seorang guru yang enggan disebutkan namanya, kamis siang.
Karena yang mengalami kesurupan jumlahnya puluhan dan dari berbagai kelas X, para guru dan karyawan pun panik. Mereka berusaha mengobati yang kesurupan dengan membaca doa - doa. Bahkan karena kuwalahan yang kesurupan silih berganti, sampai - sampai, sekolahan mendatangkan kyai. Ketika didatangkan kyai tersebut, tak lama berselang sebagian besar siswa yang kesurupan bisa ditenangkan.
Namun tak lama berselang setelah kyai itu pergi, ada beberapa yang kambuh lagi atau "menular" ke siswa lainnya. Bahkan hingga siang, masih ada dua siswa yang kesurupan yaitu Ridho dan Salsabila. Salsabila siswa kelas X 1 itu berteriak - teriak histeris. Ia menyebut dirinya berasal dari kamar mandi di gedung biru. Karena meronta - ronta, gadis bertubuh mungil itupun sampai dipegangi tiga orang guru.
Dalam posisi tidak sadar itu, ia meminta supaya kepala sekolah SMKN 2 menggelar bancakan (selametan). "Saya minta kepala sekolah mengadakan bancakan," katanya dengan berteriak histeris. Saat itu ada guru menjawab dengan perkataan sekolahan sudah menggelar doa dan bancakan, namun ia menjawab masih kurang.
Lain halnya Ridho, ketika ia melihat temannya Salsabila kesurupan di ruang guru, tiba - tiba ia terjatuh. Ia pun mengerang - ngerang disertai gerakan - gerakan tangan. Suara yang keluar dari mulut Ridho seperti suara kakek - kakek. Ia pun berpesan kepada para guru supaya berperilaku yang lebih baik lagi. Ridho juga tahu bahwa yang masuk ke badan Salsabila itu adalah jin.
Tanpa sadar, Ridho pun menyatakan sanggup untuk mengusir jin yang ada di tubuh Salsabila. Ia meminta di dekatkan dengan Salsabila. Para guru pun akhirnya memapah Ridho mendekat ke Salsabila yang saat itu dibaringkan di meja. Setelah di dekatkan, Ridho pun memarahi jin yang masuk ke tubuh Salsabila dan menyuruhnya keluar. Tapi ia terus menangis dan berteriak histeris ketakutan.
Tak lama kemudian Salsabila sadar. Ridho pun juga demikian. Saat ditanya teman - temannya, Ridho mengaku tidak mengetahui apa yang baru dialaminya. Menurut salah seorang guru yang menangani siswa kesurupan itu, mereka yang kesurupan karena mengalami kelelahan fisik dan berfikir. "Mereka hanya mengalami seperti depresi karena kelelahan," ujar guru yang enggan disebutkan namanya.
Peristiwa ini sempat membuat guru dan karyawan panik. Terlebih kesurupan yang dialami para siswa ini bergantian, bahkan ada yang mengamuk dengan menjungkirbalikkan meja dan kursi kelas. Hingga siang, beberapa siswa masih tak sadarkan diri.
Keterangan yang dihimpun di lokasi kejadian, kesurupan massal tersebut dimulai sekitar pukul 08.00, di saat jam pelajaran, beberapa siswa kelas X yang menghuni Gedung Biru (istilah di SMKN 2 untuk menyebut ruang belajar kelas X) tiba - tiba berteriak - teriak histeris. Tak ayal, teman - teman mereka panik. Bahkan kesurupan ini merembet ke kelas X lainnya yang berjumlah enam kelas. "Yang kesurupan kelas X yang terdiri dari enam kelas yang menempati gedung biru. Mereka kesurupannya silih berganti," ujar salah seorang guru yang enggan disebutkan namanya, kamis siang.
Karena yang mengalami kesurupan jumlahnya puluhan dan dari berbagai kelas X, para guru dan karyawan pun panik. Mereka berusaha mengobati yang kesurupan dengan membaca doa - doa. Bahkan karena kuwalahan yang kesurupan silih berganti, sampai - sampai, sekolahan mendatangkan kyai. Ketika didatangkan kyai tersebut, tak lama berselang sebagian besar siswa yang kesurupan bisa ditenangkan.
Namun tak lama berselang setelah kyai itu pergi, ada beberapa yang kambuh lagi atau "menular" ke siswa lainnya. Bahkan hingga siang, masih ada dua siswa yang kesurupan yaitu Ridho dan Salsabila. Salsabila siswa kelas X 1 itu berteriak - teriak histeris. Ia menyebut dirinya berasal dari kamar mandi di gedung biru. Karena meronta - ronta, gadis bertubuh mungil itupun sampai dipegangi tiga orang guru.
Dalam posisi tidak sadar itu, ia meminta supaya kepala sekolah SMKN 2 menggelar bancakan (selametan). "Saya minta kepala sekolah mengadakan bancakan," katanya dengan berteriak histeris. Saat itu ada guru menjawab dengan perkataan sekolahan sudah menggelar doa dan bancakan, namun ia menjawab masih kurang.
Lain halnya Ridho, ketika ia melihat temannya Salsabila kesurupan di ruang guru, tiba - tiba ia terjatuh. Ia pun mengerang - ngerang disertai gerakan - gerakan tangan. Suara yang keluar dari mulut Ridho seperti suara kakek - kakek. Ia pun berpesan kepada para guru supaya berperilaku yang lebih baik lagi. Ridho juga tahu bahwa yang masuk ke badan Salsabila itu adalah jin.
Tanpa sadar, Ridho pun menyatakan sanggup untuk mengusir jin yang ada di tubuh Salsabila. Ia meminta di dekatkan dengan Salsabila. Para guru pun akhirnya memapah Ridho mendekat ke Salsabila yang saat itu dibaringkan di meja. Setelah di dekatkan, Ridho pun memarahi jin yang masuk ke tubuh Salsabila dan menyuruhnya keluar. Tapi ia terus menangis dan berteriak histeris ketakutan.
Tak lama kemudian Salsabila sadar. Ridho pun juga demikian. Saat ditanya teman - temannya, Ridho mengaku tidak mengetahui apa yang baru dialaminya. Menurut salah seorang guru yang menangani siswa kesurupan itu, mereka yang kesurupan karena mengalami kelelahan fisik dan berfikir. "Mereka hanya mengalami seperti depresi karena kelelahan," ujar guru yang enggan disebutkan namanya.