Setiap membeli ayam goreng KFC dalam jumlah besar, biasanya menggunakan wadah ember besar khas KFC. Tahukah kamu bahwa kelompok pecinta lingkungan Greenpeace mengklaim kemasan tersebut jadi penyebab hancurnya hutan di Indonesia?
Seperti dilansir Daily Mail, klaim Greenpeace diungkapkan setelah sebelumnya mereka melakukan penelitian secara independen dan mandiri terhadap kemasan berbahan dasar kertas yang dipakai KFC di tiga negara, yaitu China, Indonesia dan Inggris.
Para peneliti dari Greenpeace melakukan uji coba selama dua tahun dengan cara mengambil berbagai sampel yang digunakan oleh restoran KFC, mulai dari gelas, kardus, bungkus kentang goreng, tisu dan wadah. Hasilnya mereka menemukan kandungan serat yang digunakan berasal dari hutan tropis di Indonesia.
Dalam laporannya, Greenpeace menyebut perusahaan raksasa Asia Pulp and Paper (APP) menjadi biang keladi kerusakan yang terjadi karena mereka memasok kertas kepada perusahaan induk KFC, Yum! Brands.
Selama ini ladang terbesar yang dimiliki oleh APP berada di Indonesia, atau lebih tepatnya di kepulauan Sumatera. Menurut laporan yang dilansir oleh Global Forest Watch, ada sekitar 5 juta hektar area hutan yang menghilang setiap tahun akibat penebangan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Seperti dilansir Daily Mail, klaim Greenpeace diungkapkan setelah sebelumnya mereka melakukan penelitian secara independen dan mandiri terhadap kemasan berbahan dasar kertas yang dipakai KFC di tiga negara, yaitu China, Indonesia dan Inggris.
Para peneliti dari Greenpeace melakukan uji coba selama dua tahun dengan cara mengambil berbagai sampel yang digunakan oleh restoran KFC, mulai dari gelas, kardus, bungkus kentang goreng, tisu dan wadah. Hasilnya mereka menemukan kandungan serat yang digunakan berasal dari hutan tropis di Indonesia.
Dalam laporannya, Greenpeace menyebut perusahaan raksasa Asia Pulp and Paper (APP) menjadi biang keladi kerusakan yang terjadi karena mereka memasok kertas kepada perusahaan induk KFC, Yum! Brands.
Selama ini ladang terbesar yang dimiliki oleh APP berada di Indonesia, atau lebih tepatnya di kepulauan Sumatera. Menurut laporan yang dilansir oleh Global Forest Watch, ada sekitar 5 juta hektar area hutan yang menghilang setiap tahun akibat penebangan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.